Minggu, 17 November 2013

Mengatasi Rasa Takut Dalam Berinvestasi

Bagi sejumlah orang menganggap investasi sesuatu hal berisiko. Akhirnya mengandalkan simpanan uang di bank untuk keperluan mendadak dan hari tua. Memiliki dana di tabungan pun dinilai sebagai cara aman ketika berinvestasi karena minim risiko. Akan tetapi menabung saja tidak cukup. Inflasi cenderung naik dapat membuat nilai uang berkurang. Berinvestasi salah satu cara untuk mengembangkan uang, meskipun setiap investasi itu memiliki masing-masing risiko. Tetapi tidak berinvestasi punya risiko lebih besar. Yang penting, pahami risikonya dan jadikan dia sebagai teman Anda dalam mencapai tujuan.

Berikut tipsnya:

1. Kenali profil Anda
Setiap orang punya level aman yang berbeda-beda dalam berinvestasi. Dengan menganalisa dan mengenali profil risiko, maka seseorang bisa mengatur batas risiko yang dapat diterima dan memilih produk investasi yang membuatnya nyaman. Karena pada akhirnya, hal yang paling penting bagi seorang investor adalah bisa tidur nyenyak di malam hari.

2. Pertimbangkan perusahaan yang sudah jelas
Banyak jenis investasi yang menawarkan skema yang menarik, tapi ternyata tidak punya ijin yang jelas. Sebelum mempertimbangkan, pastikan perusahaan yang menawarkan investasi punya ijin usaha dari Regulator. Kalau bentuknya produk keuangan, ijinnya dari Otoritas Jasa Keuangan.
Selain itu, reputasi dan track record juga bisa jadi acuan. Beberapa perusahaan atau produk terbaik akan memiliki sejarah penghargaan yang menunjukkan konsistensi kinerja dan keberhasilannya.

3. Ketahui sebab akibat munculnya risiko
Setiap penjual pasti menjelaskan semua yang bagus-bagus dari produknya. Saya pernah ditawari dengan cara seperti ini: "Pak, produk ini kasih return 10% bulan lalu loh. Uda dicoba aja Pak."
Selalu ingat, return dan risiko itu seperti 2 mata koin yang sama. Kalau ada produk kasih return 10% sebulan, artinya dia juga bisa kasi kerugian 10% sebulan. Jadi, bersikaplah kritis untuk cari tahu apa sebab akibatnya. Apa penyebab kenaikan? Jika kondisi berbalik, apa risikonya?
Untuk menambah informasi dari si penjual, luangkan waktu untuk belajar dari buku/internet dan ikuti seminar/kursus publik.

4. Pilih produk sesuai tujuan
Memilih produk investasi itu ibarat memilih kendaraan. Kalau mau ke Puncak, orang Jakarta pilih naek mobil. Tapi kalau ke Bali, orang pilih naik pesawat bukan mobil, karena lebih efektif.
Begitu pula dengan investasi. Untuk tujuan jangka pendek, kita gunakan instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi. Kalau tujuannya masih panjang, kita bisa gunakan instrumen yang lebih berisiko, seperti saham.Tapi kalau dilakukan sebaliknya (jangka pendek di saham, jangka panjang di deposito)

5. Sebar risikonya
Cara terakhir ini adalah untuk meminimalkan risiko. Sebar risiko atau istilah kerennya "diversifikasi" dapat dilakukan dalam 2 bagian: sebar produknya dan sebar waktunya.
Dengan kata lain, investasi dilakukan dalam beberapa produk dan secara bertahap. Sehingga risikonya tidak terkonsentrasi pada 1 produk saja. Dan jumlah investasinya juga tidak sekaligus besar d iawal, melainkan dibagi sebagian2 dalam periode tertentu.
Semua investasi, pasti ada risikonya. Tetapi tidak berinvestasi punya risiko lebih besar. Yang penting, pahami risikonya dan jadikan dia sebagai teman Anda dalam mencapai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar